1. Hyppocrates (460-370 SM)
Hyppocrates
yang berkebangsaan Yunani, dikenal sebagai Bapak Pengobatan, tidak lain karena
jasa-jasanya dalam bidang keperawatan, kedokteran, dan pengobatan. Dalam bidang
kebidanan Hyppocrates menganjurkan agar wanita yang sedang melahirkan harus
ditolong berdasarkan perikemanusiaan dengan cara meringankan beban ibu yang
sedang bersalin itu.
2. William Shippman
(1736-1808)
Dokter
berkebangsaan Amerika ini mendirikan kursus kebidanan dan rumah sakit bersalin,
pada tahun 1762. Kemudian pada tahun 1810 bersama dokter Thomas Chaalkley
mempromosikan partus buatan pada bayi premature pada ibu yang pinggulnya
sempit.
3. Dr. Sammuel Bard
(1742-1821)
Dr.
Samuel Bard, yang berkebangsaan Amerika Serikat banyak menulis buku-buku
kebidanan, diantaranya :
a. Cara pengukuran konyugata
diagonalis
b. Kelainan-kelainan pinggul
c. Melarang pemeriksaan dalam
apabila tidak ada indikasi
d. Membagi persalinan pada
empat kala
e. Menasehatkan jangan menarik
tali pusat untuk mencegah terjadinya inversio uteri
f. Mengajarkan bahwa letak
muka dapat lahir spontan
g. Melarang pemakaian cunam
yang berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
4. Dr. Walter Channing
(1786-1876)
Channing
memperoleh gelar dokter pertama kali dari Universitas Edinburg. Ia adalah
professor kebidanan dan hukum kedokteran pertama yang diperoleh dari
Universitas Harvard. Ia adalah salah satu dokter yang pertama kali menggunakan
anesthesia (bius) kepada ibu yang melahirkan, dan ia membuat risalah untuk
kepentingan itu, diberi judul “Treatise on Etherization in Child Birth, illustrated
by 581 cases”, tahun 1849.
5. Dr. Boudeloque (1745-1810)
Ia
adalah ahli kebidanan yang meneliti dan mempelajari tentang panggul dan
ukurannya. Ia menerbitkan buku pada tahun 1842, yakni panggul sebagai basis
dalam kebidanan, persalinan dapat dilakukan dengan cara sikap dorsol recumbent,
ketentuan pemasangan forcep kepala jangan lebih dari 6 jam didasar panggul.
6. Hugh L. Hodge, M.D.
(1796-1873)
Nama
lengkapnya Hugh Lenox Hodge. Ia adalah dokter berkebangsaan Amerika, dilahirkan
di Philadelphia, pada tanggal 27 bulan juni tahun 1796, memperoleh gelar dokter
dari Univearsitas Pennsylvania.
Ia
mempelajari letak belakang kepala, mekanisme letak sungsang, pemasangan forcep
harus di samping kepala anak kecuali bila kepala masih tinggi, membagi turunnya
kepala dengan bidang-bidang dasar panggul. Di samping itu ia menulis buku yang
terkenal pada tahun 1866, yakni “The Principle and Practice of Obstertrics”.
Buku ini terkenal di Amerika dan di luar Amerika, diterbitkan oleh Thomas Sinclair
dari Philadelphia.
7. Francois Mauriceau (1637-17
Oktober 1709)
Ia
adalah ahli kebidanan (obstertrician) berkebangsaan Perancis abad 17 yang
terkenal di Eropa. Pertama kali bukunya yang terbit adalah “Traite des Maladies
des femmes Grosses et Accouchees”, adalah satu buku yang membangun obstertrics
(ilmu kebidanan) sebagai suatu ilmu, yang kemudian diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa di dunia. Ia juga terkenal di dalam mengembangkan metoda kuno
di dalam membantu kelahiran sunsang. Ia memberikan gambaran mengenai kehamilan
tuba dan bersama dengan bidan dari Jerman, Justine Siegmundin (1650-1705)
mendapat penghargaan karena mengenalkan praktek punksi (punctio) kantong
selaput ketuban (amnion) guna menahan pendarah di placenta praevia, yakni plasenta
yang tumbuh pada segmen rahim, yaitu pada daerah dilatasi, sehingga menutupi
ostium internum servisis uteri; gejala utama plasenta praevia adalah pendarahan
tanpa rasa nyeri pada kehamilan trisemester terakhir, khususnya selama bulan
kedelapan.
Pada
awal abad 18, seorang ahli kebidanan Inggris Hugh Chamberlen mencoba menjual
forceps “rahasia” khusus untuk obstetric kepada Mauriceau. Mauriceau menjadi
benci kepada Chamberlen yang menuduhnya bahwa keluarga Chamberlen biasa menipu.
8. Ignaz Philipp Semmelweis (1
Juli 1818-13 Agustus 1865)
Ia
adalah dokter dari Hungaria yang mendapat julukan “savior of mothers” artinya
penyelamat kaum ibu. Hal itu karena dalam penelitiannya ia menemukan cara
menyelamatkan ibu-ibu yang mengalami demam saat masa nifas, karena infeksi,
(sepsis puerpuerium) dapat diatasi secara cepat dengan tekhnik cuci tangan yang
akurat berdasarkan standar kedokteran di dalam klinik kebidanan.
Ia
pada tahun 1847, mengenalkan teknik cuci tangan menggunakan cairan kapur-klor
atau kapur terklorinasi (lime chlorinate solutions=kaporit), kepada mahasiswa
kedokteran residen yang sudah praktek autopsy. Teknik cuci tangan seperti ini
dalam prakteknya saat itu dapat segera mengurangi demam nifas yang fatal dari
10% sampai 12%. Dasar teori ini kelak menjadi dasar dari penelitian Louis
Pasteur yang emngembangkan teori penyebab penyakit karena mikroorganisme
pantogen. Semmelweis kemudian dipandang sebagai pelopor prosedur antiseptis.
9. Daunce dari Bordeaux
Pada
tahun 1857 ia memperkenalkan pembangunan incubator dalam perawatan bayi
premature. Setelah abad 20 dikembangkanlah post natal care dengam ambulasi
dini, roming in mulai dipraktikan, monitoring antepartum dan ingtrapartum yang
tepat dengan penggunaan ultrasonografi dan cardiotocgrafi
PELOPOR KEBIDANAN DI DALAM NEGERI
Pendidikan
bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang
dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya
peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan maupun pembatasan bagi
wanita untuk keluar rumah.
No comments:
Post a Comment