Proses
melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat gelisah
sampai panik bagi orang tua yang baru akan menjalani proses tersebut.
Berkonsultasi terus dengan dokter atau bidan adalah langkah tepat untuk
mengetahui proses persalinan yang akan dijalani nantinya.
Dokter
atau bidan umumnya akan menjelaskan secara dasar bahwa proses persalinan bayi
secara normal ataupun proses melahirkan normal itu terdiri dari 4 tahap proses
:
-
Tahap pertama, proses persiapan
persalinan dengan fase awal, aktif, transisi. Dalam tahap ini terjadi pembukaan
(dilatasi) mulut rahim sampai penuh.
-
Tahap kedua,
tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat.
-
Tahap ketiga,
pengeluaran plasenta.
-
Tahap keempat,
pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai plasenta keluar
Beberapa kejadian yang akan dialami oleh ibu hamil saat
akan melahirkan secara normal :
-
kontraksi
-
Leher rahim
makin terbuka lebar
-
Mendorong calon
bayi sesuai petunjuk dokter/bidan
-
Pengeluaran
plasenta
Tips mempermudah melahirkan :
Banyak orang-orang tua memberi berbagai saran diantaranya :
-
minum minyak
kelapa murni VCO
-
Menelan telor
ayam kampung mentah
-
Meminum ramuan
rumput fatimah
-
Meminum
Habbatussauda
Agak berbeda jika proses melahirkan dengan cara bedah
Caesar kadang juga disebut dengan c-section (cs). Bedah caesar merupakan proses
persalinan (melahirkan bayi) dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan
di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim
dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis
anastesi serta bidan.
Ada juga proses melahirkan dengan sedikit memaksa yaitu
dengan istilah vakum dan forseps. Persalinan dengan menggunakan vakum atau alat
penghisap. Alat ini menjadi semacam alat/energi tambahan, bagi ibu yang akan
melahirkan ketika kekuatan dorong si ibu sudah mulai melemah. Persalinan dengan
menggunakan forseps adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari
logam berbentuk sendok. Hal ini sangat jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode baru adalah melahirkan dengan cara persalinan
hipnotis/hipnosis dan proses persalinan di air. Persalinan dengan hipnosis
tidak berubah metode dasar melahirkan hanya persalinan ini dibantu dengan
cara/tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan sakit. Hampir mirip
dengan persalinan di air yang akan membuat si ibu lebih relaks dan si bayi
keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi transisi dengan lembut,
selembut air.
2.2
Persalinan Normal
1. Defenisi persalinan normal
Persalinan normal adalah persalinan yang :
- Terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau post matur)
- Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
- Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partu presipitatus atau partus lama)
- Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
- Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps)
- Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
- Mencakup pelahiran plasenta yang normal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
- Power
Kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari
ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengedan atau
meneran.
- Passage
Merupakan bagian tulang panggul, serviks vagina dan dasar panggul
(displascement)
- Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput
dan cairan ketuban atau amnio.
Power
Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan
yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
- kontraksi
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot
rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar
kesadaran di bawah pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung
mungkin dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti
pada bagian akhir kala I persalinan memberikan tekanan intra uteri sebesar 45
mmHg.
- Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap
setelah terjadinya kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh
pada akhir kontraksi tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan
menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot
rahim.
Sebagai akibat dari retraksi segmen atas dinding uterus
secara berangsur-angsur menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri menjadi
lebih kecil. Sementara itu otot-otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan
retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki fungsi khusus
serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi penipisan.
- Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga kedua yang meliputi otot perut dan diafragma
digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk mendorong
bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma dibuat kaku oleh dada yang diisi udara glotis yang ditutup untuk
menahan tekanan rongga dada. Kedua keadaan ini akan melipat gandakan tekanan
pada janin dan mengurangi ruangan di dalam rongga abdomen sehingga janin
terdorong ke bawah bagian paling rendah ke lintasan keluar di vagina.
Mengejan memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam
mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun mengejan melibatkan otot
volunter gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan kepala janin pada dasar
panggul mejadi sangat kuat. Kadang-kadang pada saat mengejan dikendalikan dan
digantikan bernapas terengah-engah (mulut dan glootis terbuka sementara otot
abdomen dibiarkan lemas)
Passager (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan
vagina sebelum dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula
tekanan tahanan yang ditumbulkan oleh struktur dasar panggul.
Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian panggul yang berada di
bawah pintu atas panggul merupakan rongga sempit yang harus dilewati janin.
a.
Pintu atas
panggul (Pelviks Inlet)
Janin pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid
yang normal pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak simfisis
pubis ke promontorium sakrum dengan ukuran :
1.
anteroposterior
11 cm
2.
lateral 13,5 cm
b.
Inklinasio
panggul
Panggul tidak teletak dalam posisi tegang lurus terhadap
tulang belakang tetapi miring melandai ke depan dengan pintu atas panggul
berada dalam sudut 60 terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri
tegak.
c.
Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic
memiliki bentuk serkuler melengkung ke depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d.
Pintu bawah
panggung (Pelvic outlet)
Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2
tuber iskiadikum, permukaan posterior bagian terendah simfisis fubis dan
artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
- anterioposterio 13,5 cm
- lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan jalan
lahir, kepala janin harus mengalami beberapa rangkaian gerakan positif.
Lintasan Lunak
(Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus
osserviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang
berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan
dilatasi vagina dan vulva.
Efacement dan
Dilatasi
Segmen bahwah uterus tertarik ke atas serta keluar dan os
services harus teregang serta terbuka yang cukup luas untuk memungkinkan kepala
janin terdorong melalui bagian tersebut. Kepala kita mula-mula meregangkan
bagian leher kaus yang mirip tabung sampai bagian ini bersambung dengan bagian
yang lain sedemikian rupa, lubang leher itu sendiri akan dipaksa membuka
sehingga memungkinkan kepala kita untuk melewatinya.
Ketika menarik kaus berleher bundar tersebut kebanyakan
secara naluri akan menekuk kepalanya merapatkan dagunya ke dada sehingga
diameter kepala terkecil dapat lewat leher kaus dan kemudian meluruskan kepala
sehingga dahi serta muka dapat keluar dari lubang kaus tersebut. Mula-mula
kepala difleksikan sehingga pada saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung teregang sehingga terbentuk
saluran badan perineum
mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung kemih bersama uretra yang berada di depan akan
tertekan serta tertarik ke atas, rektum serta anus yang berada di belakang
terdorong ke bawah.
Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin yang
paling penting karena ukurannya paling besar adalah kepala janin. Ukuran kepala
lebih lebar dari pada bahu dan kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% bayi
dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama :
1.
tengkorak janin
Kubah tengkorak terbentuk dari 5 buah
tulang utama :
1.
dua buah os
parietal
2.
dua buah os
parietalis 1 buah os oksipitalis
Sutura
Merupakan garis
sambungan antara tulang-tulang tersebut sutura yang utama adalah :
1.
frontalis
antara kedua os frontalis
2.
koronaria
antara os frontalis dan parientalis
3.
sagitalis
antara kedua os parietalis
4.
lamdoidea
antara os parietalis dan oksiput
Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang
berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.
A.
Moulage
Tulang tengkorak janin berbentuk dari
membran kemudian mengalami kalsifikasi. Karena tulang tersebut tidak bersambung
secara kaku bagian tepi dapat saling bergeser di atas satu sama lain selama
perjalanan kepala bayi.
B.
Sikap
Kepala janin berat dalam sikap fleksi
dengan dada merapat selama proses persalinan normal.
Pada sikap ini terdapat 2 diameter yang
terbesar.
Biparietal 9,5 cm
Suboksipito bregmatika 9,5 cm dari
bagian tengkuk ke ubun-ubun anterior.
Kepala janin pada posisi fleksi adalah
oksiput diameter yang terbesar bentuk sirkuler.
Kepala bayi tetap fleksi sampai tahanan
perineum dapat teratasi.
Diameter suboksipito prontal pada saat
kepala bayi ekstensi besar 10 cm merupakan diameter yang mergangkan vulva
sebelum muka bayi terlihat.
3. Mekanisme Persalinan
Penurunan
(decent)
Sekitar 96%
dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi, kepala ke bawah
dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan dan kiri. Sebagaimana kontraksi mulai
terjadi kepala bergerak lebih ke dalam ke pelvik dan dalam posisi menyamping,
dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri, atau sebaliknya.
Fleksi
Sebagimana
kepala menurun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada, yang
menyebabkan os occipitable di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
Rotasi interna
Karena kepala
mencapai tingkat spina isciadica, yang disebut station O, struktur pelvik
menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar, sehingga kepala akan dapat
melewati tempat yang sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus ke bawah, bergerak
di bawah tulang pubis
Ekstensi
Pada saat ini
jalan lahir ini sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami dorongan ke bawah
pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang pubis dan melewati
introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu terangkat ke atas atau kestensi
dan kepala lahir.
Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar ke
posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
Rotasi
eksternal
Bahu dan tubuh
bayi biasanya meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala
telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini
terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam hubungan yang normal dengan bahu.
Bila oksiput
pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan kurvatura pelvik
ibu. Bayi akan lahir dengan wajah menghadap ke bahwah daripada ke atas, dan ibu
mungkin mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yang lebih lama.
Ekspulasi
Plasenta
Segera setelah
bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan internalnya sampai 400%
sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama. Hal ini akan menyebabkan akar plasenta
atau vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari uterus. Bila
ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang plasenta. Kemudian ketika
plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan amnion keluar seperti
payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme Schultze’s nama orang yang
pertama kali menjelaskan hal tersebut. Terjadi dalam 80% persalinan. Bila
keseluruhan plasentas terpisah dalam waktu yang bersamaan, tidak terdapat
pengumpalan darah, dan plasenta dengan mudah meluncur keluar dengan sisi kedua
terlebih dahulu. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut
mekanisme Ducan. Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah plasenta terpisah
dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu cendrung untuk relaksasi.
Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari sinus-sinus besar dalam uterus.
Darah menekan uterus dan menstimulus uterus untuk berkontraksi, mengubah uterus
dari massa spogiosa lembut menjasi bentuk bola bulat yang halus yang naik ke
atas pada dinding abdomen yang kita telah relaksasi. Uterus harus tetap
berkontraksi dan mengecil. Bila terjadi relaksasi, kehilangan darah yang serius
akan terjadi dalam beberapa menit. Masase eksternal uterus melalui abdomen
menstimulus uterus untuk berkontraksi, menyebabkan sinus-sinus tertutup, dan
mencegah perdarahan.
Regresi Uterus
Uterus yang
berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam rongga abdomen.
Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu untuk berbaring
telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke keadaan seblum kehamilan,
sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari uterus biasanya turun ke dalam
panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen. Refleks saraf yang
diberikan oleh puting karena isapan bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk
mensekresi oksitosin, yang menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini,
regresi uterus dipercepat dengan menyusui.
4. Kala I atau Kala Pembukaan
4.1 Pengertian
Kala pertama
dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan dan pembukaan
dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila serviks sudah membuka
dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka sedemikian rupa sehingga dapat
dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan merupakan tahapan
dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks (William, 1991)
4.2 Proses
membukanya serviks sebagai akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1. Fase laten :
berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : diabgi 3 fase :
- fase eksselerasi :
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
- fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi : pemukaan lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap.
Mekanisme Pembukaan Serviks :
- Primigravida Multigravida
- Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
- Proses pembukaan servik.
- Serviks mendatar dan menipis.
- Serikv mendatar, menipis dan membuka
secara bersamaan.
- Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2
4.3 Hal-hal
yang terjadi pada kala I :
1. His
- His atau
kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan semakin meningkat
frekuensinya.
- Interval his makin lama makin pendek
- Nyeri mulai dari bagian punggung
kemudina menyebar ke abdomen bawah
- Mempengaruhi dilatasi dan pendataran
serviks
- Berjalan biasanya menyebabkan
meningkatnya intensitas kontraksi
2. Bloody show
- Diartikan
sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai dengan sedikit
darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler yang halus di dalam
servik. Lendir yang memenuhi canalis
servicalis selama kehamilan disebut sebagai overculum.
3. Pembukaan tonjolan ketuban
- Terbentuk di depan kepla janin
- Tonjolan ketuban terasa tegang saat
his dan dapat mengalami ruptus.
- Ruptura
selaput amnion dapat terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada akhir
kala I
4. Dilatasi serviks
- Dilatasi
os serviks eksterna terjadi secara bertahap5. Engagement atau Presenting Pant
- Pada primigravida peristiwa ini
terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalina.
- Pada multi engagement terjadi
setelah proses persalinan dimulai
5. Kala II atau Kala Pengeluaran
5.1 Pengertian
:
Merupakan
stadium yang diawali dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri dengan
kelahiran bayi.
5.2 Lama kal
kedua
Lamanya kala II
(sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung 50 menit untuk
nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi.
(Pritchard, MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot
abdomennya dan posisi bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II . pada
literatur lain, lamanya kala II bisa berkahir sekitar 20 menit pada multipara
dan 2 jam pada primipara. (Hamilton, 1995) atau bisa berlangsung rata-rata 1,5
jam pada primigravida dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirohardjo,
2002)
5.3 Hal-hal
yang terjadi pada kala II :
Pada kala II
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanyanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang
air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih berelaksasi, kepala
tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan,
dan anggota bayi.
6. Kala III
Kala II diawali dengan keluarnya bayi
dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri.
Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat ditunggu sampai 1
jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung dikeluarkan secara manual dan
diberikan uterus tonika. Hal ini juga dilakukan bila perdarahan sudah > 500
cc). Kala uri ini merupakan waktu yang paling kritis untuk mendegah perdarahan
post partum.
Kala III
terdiri dari 2 fase :
1. Fase
Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya
setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri adalah membantu uri
ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, malahan
mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di tempat-tempat yang lepas
terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis, dan karena
hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh
hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Perdarahan ini disebut
“retroplasenta hematoma”.
Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
- Secara SCHULTZE
Cara ini yang paling sering terjadi
(80%) dimana lepasnya seperti kita menutup paying. Yang lepas terlebih dahulu
adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasenta hematoma yang menolak uri
mula-mula bagian tengah kemudian seluruhnya menurut cara ini perdarahan
biasanya tidak ada sebelum palsenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
- Secara DUNCAN
Pelepasan mulai darai pinggir
plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir terlebih dahulu. Darah ini akan
mengalir keluar antara selaput ketuban dengan diding rahim. Jadi perdarahan
sudah ada sejak bagian plasenta terlepas terus berlangsung sampai seluruh
plasensta lepas.
Pelepasan secara Ducan terutama
terjadi pada plasenta letak rendah.
2. Fase
Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas akan
terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh
tekanan abdominal sehingga uri dapat dilahirkan 20% secara spontan selebihnya
memerlukan pertolongan.
Managemen Aktif
Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi dan
keterangan :
- Jepit dan
gunting tali pusat sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan
memulai pelepasan plasenta.
- Membrikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta.
-
oksitosin 10 U
IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari 1
pasti hanya ada bayi tunggal
-
oksitosin dapat
diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas
dan hanya ada bayi tunggal
-
oksitosin 10 U
IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
-
Jika oksitosin
tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
Melakukan
penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord Traction) PTT mempercepat
kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
-
satu tangan
diletakkan corpus uteri tepat diatas simfisis pubis selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso cranial ke arah belakang kepala
ibu.
-
Tangan yang satu
memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat
yang terus menerur dalam tegangan yang sama tangan ke uterus selama kontraksi.
Tangan pada uterus merasakan kontraksi ibu dapat juga memberi tahu petugas
ketika merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi tangan
petugas dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT.
Ulang
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Kedua
tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa fundus
segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar
menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selam 10-15 detik
jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera melakukan kompresi bimanual.
Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit ikut protokol untuk
perdarahan post partum.
No comments:
Post a Comment